Sabtu, 16 Januari 2010

Rahmad Sanjaya

Rahmad Sanjaya: Lahir di Takengon (Aceh Tengah), 18 Juni 1972. Pendidikan terakhirnya menamatkan S1 dan S2 Teknik Sipil, menamatkan S1 Ekonomi jurusan Management dan Sekolah Musik di Jakarta. Darah seni yang mengalir di tubuhnya merupakan warisan dari ayahnya (Musisi) dan ibunya (Penari Melayu), Kiprahnya dalam dunia seni dimulai sejak umur 5 tahun dan saat itu untuk pertama kalinya dia perkenalkan dalam dunia seni lukis di kota kelahirannya.

Di tahun 1983 dia diajarkan bermain guitar oleh ayahnya, tahun 1987 dia mulai membuat puisi, tahun 1990 dia mulai menggeluti dunia teater di teater Mata Banda Aceh, beberapa naskah besar luar negeri sempat di pentaskannya bersama Teater Mata pimpinan Maskirbi dan dia juga sempat menggarap musik teater dalam beberapa naskah baik dalam Teater Mata, maupun Teater Kosong dan Krya Artistika.

Selama berteater seniman yang kerap di sapa Bang Jay ini aktif menulis puisi dan sepanjang perjalanannya dalam dunia sastra dia sempat di undang ke Malaysia dan dikukuhkan oleh Dewan Kesenian Jakarta menjadi Penyair Abad 21 di tahun 1996. Puisi-puisinya terhimpun dalam Antologi Sosok (1992), Nafas tanah Rencong (1992), Antologi Batu Malang (1993), Antologi Seulawah;Antologi Aceh Sekilas Pintas (1995), Mimbar penyair Abad 21 (1996), Antologi Puisi Indonesia (1997), Dalam Beku Waktu (2002), Antologi Putroe Phang (2002), Antologi Tanah Pilih (2008) dan Ensiklopedi Aceh (2008). Sedangkan puisi dalam bentuk Musikalisasi Puisi terdapat dalam album: Himne Bagimu Ibu, Luka, Khibast2000, Kehidupan I dan 2 (1999-2000). Ditahun 2009 dia membuat Album musikalisasi puisi bertajuk “Jaya” (Komunitas Musik Merdeka) yang di rekam dalam CD Audio.

Pendiri Bengkel Musik Batas (1991), Khibast2000 (1997), Komunitas Musik Merdeka (1998) Asosiasi Seniman Aceh Indonesia – ASAI (2001) dan Komunitas Rumah Sawah (2006) ini telah mengaransmen 1123 buah puisi ke dalam bentuk Musikalisasi Puisi sejak tahun 1990 s/d 2009. dan dengan itu pula dia kerap menjadi fasilitator di berbagai pelatihan Musikalisasi Puisi (1993-2009) dan menjadi juri di berbagai lomba baca Puisi dan Festival Musikalisasi Puisi (1992-2009).

Dalam organisasi kesenian Direktur Komunitas Rumah Sawah (KRS) ini pernah menjabat sebagai Sekretaris Dewan Pengawas Dewan Kesenian-DKA (2000-2005), Wakil Ketua II Bidang Program DKA (2006-2007), Ketua Umum Komunitas Musik Merdeka Indonesia (2001- sampai sekarang), Ketua Umum Konsosium Musikalisasi Puisi Indonesia KMPI (2008 sampai sekarang), Ketua Umum Konsorsium Musikalisasi Puisi Mejabundar (2009- sekarang)dia juga tercatat sebagai Wartawan Koran AcehKita (2005-2008), Tabloid Investigasi (2008), Tabloid Reporter (2008), Tabloid Sipil (2008- 2009), redaktur tamu di berbagai media di Bogor dan Jakarta. Sebagai seniman yang terus aktif nama Rahmad Sanjaya tercatat dalam Buku Pintar sastra Indonesia (2001).

Bengkel Musik Batas

Kelompok Musikalisasi Puisi Pertama Aceh

Rahmad Sanjaya adalah orang pertama yang tercatat sebagai seniman musikalisasi puisi di Aceh, dia membentuk kelompok Canang Cerekeh tahun 1989 bersama Maskirbi dan Teater Mata namun nama itu kemudian berganti menjadi Canang Gong, kemudian berganti lagi dengan nama Kelompok Musik Polos (1998-1990). Namun kelompok ini mengalami banyak perbaikan termasuk pergantian nama dan Rahmad Sanjaya mengubah nama kelompok Musikalisasi Puisi Aceh ini dengan nama Bengkel Musik Batas yang memiliki orientasi layaknya sebuah bengkel, namun yang di tukangi adalah nada dan puisi yang sengaja di gubah dalam bentuk Musikalisasi Puisi.

Bengkel Musik Batas didirikan pada tanggal 10 November 1991 di Banda Aceh, oleh Rahmad Sanjaya. Keberadaan Bengkel Musik Batas ini bermula dari kampus Teknik Sekolah Tinggi Teknik Iskandar Thani, Jay sering tampil di berbagai acara dengan beberapa anggota barunya seperti Eddy Syahputra yang mantan anggota kelompok Musik Polos dan juga tercatat sebagai anggota teater Mata, namun ketika 8 November 1992 anggota Bengkel Musik Batas mulai bertambah diantaranya, Erol, Iwan Setiawan, MY Bombang, Dama, Totok, Zoel Kirbi, dan Maulana Akbar. Pada pase berikutnya personilnya semakin bertambah; Winaharto, Khairin, Evi TL, Evi Takengon, Novi, Magdalena, Ningsih, Anna, Nurlaily, Dedek Nasmawati dan Darmansyah, dan seterusnya semakin hari terus bertambah anggota.

Inilah kelompok pertama Musikalisasi puisi di Aceh. berdirinya kelompok musik yang dianggap aneh oleh sebagian besar seniman Aceh ini tidak menyurutkan langkah Rahmad Sanjaya yang di daulat sebagai ketua dan pemilik kelompok ini, berbagai bantahan, cacian bahkan cemoohan sering mendera mereka. Namun barulah terbuka mata setiap orang ketika Bengkel Musik Batas ini menggelar pementasan di berbagai tempat di Banda Aceh, Lhoukseumawe. Bengkel Musik Batas semakin berkibar setelah mereka tampil sebagai pengisi acara Nalamda (Nada dan Da’wah) di TVRI dengan format musikalisasi puisi. Dan kelompok ini pula yang pertama kali menggabungkan alat musik tradisional Rapai, Genderang dan serune kale yang di gabungkan dengan alat musik seperti guitar, belira, keyboard dan guitar Bass dan akibat dari penggabungan alat musik tradisi Aceh dengan alatmusik standar tersebut banyak seniman Aceh yang marah dan tidak suka dengan aksi mereka, sebagian besar dari seniman yang tidak senang terhadap konsep Bengkel Musik Batas ini pada seolah-olah ingin membubarkan kelompok ini dengan segala cara, namun Bengkel Musik Batas yang sebagian besar berasal dari Teater Mata ini tidak mempan terhadap segala aral melintang bahkan berbagai inspirasi baru muncul seperti air bah dan Bengkel Musik Batas pulalah yang pertama kali mengeluarkan tiga buah rumus musikalisasi puisi format Aceh, yaitu: 1) Modern + Tradisi + Kreasi, 2) Tradisi + Modern + Kreasi, 3) Kreasi + Tradisi + Modern selain itu Bengkel Musik Batas juga mengeluarkan resume mengaransmen Musikalisasi Puisi seperti; Interpretasi (penelaahan puisi), Penentuan irama, Penyeimbangan bunyi, Pemolesan, Pemberian bobot pada irama, Pengujicobaan, dan Pembakuan.

Bengkel Musik Batas yang berarti segalanya serba terbatas, baik skil bermain musik, daya cipta komposisi yang terbatas bahkan waktu berdirinyanya juga hanya 5 tahun. Namun selalu aktif melakukan latihan setiap malam dari pukul 20.00 hingga pukul 04.00 wib. Dan ternyata latihan setiap malam memberikan arti penting bagi tumbuhnya kemampuan para anggotanya menjadi semakin maksimal dan disinilah lagu-lagu yang berformat musikalisasi puisi muncul satu demi satu setiap waktu. Tidak itu saja Bengkel Musik Batas juga menghasilkan banyak resume penting terhadap konsep Musikalisasi Puisi yang terus di kembangkannya dalam beberapa generasi musikalisasi puisi didikan mereka.

Bengkel Musik Batas yang berdiri tahun 1991 dan bubar tahun 1996 menggarap komposisi dan aransmen musikalisasi puisi sebanyak 125 buah seluruh aransmen dan lagu di ciptakan oleh Rahmad Sanjaya, memiliki 15 generasi, dengan jumlah anggota sebanyak 140 orang baik aktif maupun non aktif di tahun terakhir sebelum di non aktifkan oleh Rahmad Sanjaya. Kemudian Rahmad Sanjaya membentuk Komunitas Musik Merdeka yang beranggotakan : Ahsan Khairuna, Da’yul Makruf (keduanya tercatat sebagai anggota Cupa Band dan teater Rongsokan IAIN), Mahrona (kini tercatat sebagai seorang Dokter Umum di Rumah Sakit Zainal Abidin Banda Aceh), Charli, Zulkarnain, Ani dan Ria Bunga. Inilah personil pertama Komunitas Musik Merdeka yang telah tampil di konvensyen Dunia Islam Dunia Melayu di Kuala Lumpur, University Malaya, Malaka, dan langkawi Malaysia di tahun 2000, dan pentas perdamaian Aceh dari tahun 2007-2008. Hingga bulan Mei 2009 Komunitas Musik Merdeka telah menghasilkan komposisi dan aransmen Musikalisasi Puisi sebanyak 998 buah puisi dan baru tahun 2009 inilah Komunitas Musik Merdeka menelurkan album perdana mereka yang bertajuk Jaya.

Sumber: Note Book Komunitas Rumah Sawah

dan sudah di bukukan dalam Esinklopedi Aceh Musik , tari, sastra dan lukis oleh LK Ara