Rabu, 12 Agustus 2009

Ulfa Ladayya “Jilbab Dapat Bedakan Muslim Atau Bukan”

Ketika Syariat Islam di tegakkan di Aceh semua wanita Aceh tidak ada pilihan lain harus mengenakan jilbab ketika berada di luar rumah. Bahkan ketika seruan memakai jilbab ini pertama kali di sosialisasikan pada masyarakat banyak pamplet dan seruan di spanduk rentang “kawasani wajib jilbab”.Gencarnya sosialisasi jilbab, membuat masyarakat semakin faham dan tanpa ada pemberitahuan lebih lanjut masyarakat Aceh terutama yang wanita selalu memakai jilbab ketika bepergian di luar rumah. Namun setelah bencana tsunami menghantam Aceh, tampak ada pergeseran nilai bagi kaum wanita Aceh. pemakaian Jilbab yang dulunya sudah tidak perlu di himbau lagi kini seolah terkikis perlahan-lahan,

Ulfa Ladayya yang kesehariannya bergelut dengan mode dan juga tercatat sebagai bagian dari sebuah perkumpulan Model di Banda Aceh mencoba menyikapi masalah penggunaan jilbab yang akhir-akhir ini semakin lepas dari pengawasan syariat Islam yang berlaku di Aceh saat ini.

Putri H.M.Nasir G dan Hj. Hasdiana Hasan yang kini memiliki dua orang buah hati T.M. Burhanissulthan Pribadi (7) dan Cut Ratu Ghaniyya Maulan Pribadi (6), menyebutkan, Saat ini mode Aceh semakin berkembang, apalagi jilbab. Dulunya jilbab yang ada di pasaran kita hanya berbentuk segitiga, dan warnanya sangat membosankan bagi siapa saja yang memakainya, namun dengan perkembangan zaman, jilbab sudah banyak corak dan motifnya, apalagi dapat disesuaikan dengan setelan yang kita pakai.” Ujar istri T.Taufan Maulana Pribadi ini.

Menantu T. Pribadi yang satu ini merupakan salah satu model yang sering ikut serta dalam peragaan busana baik di Banda Aceh dan beberapa kota lainnya, dia juga salah satu model yang memperagakan busana batik Aceh karya Nursanti istri walikota Banda Aceh ketika Gedung Batik Aceh di resmikan oleh ibu negara Ani Susilo Bambang Yudoyono beberapa waktu yang lalu.

Saat itu Ulfa Memakai gaun batik bermotif Kerawang Gayo Blangkejeren dengan perpaduan warna merah, garis kuning dan hitam. Dari penampilannya, ulfa tampak feminim dengan paduan jilbab yang berwarna merah dan hitam, tidak heran banyak para fotografer mengabadikannya ketika sedang beraksi, keserasian pakaian dan jilbab inilah yang membuat seorang wanita Aceh memiliki identitas.

“Sebaiknya sosialisasi jilbab pada kalangan wanita muda Aceh harus terus di galakkan, bukan hanya itu saja, tapi beri mereka pengertian bagaimana menyelaraskan antara pakaian dan jilbab yang mereka gunakan, agar tidak terjadi tabrakan warna sehingga pemakaian jilbab menjadi beban sangat berat bagi mereka, sosialisasi ini perlu di galakkan di daerah perkotaan, misalnya sekolah-sekolah, perguruan tinggi dan lain sebagainya, karena pada usia inilah yang sering kita lihat di jalan-jalan dengan berani tidak memakai jilbab,”Urainya

Model Yapsemo kelahiran Bireun 26 tahun yang lalu ini menambahkan, Aceh adalah daerah percontohan Syariat Islam yang menjadi kiblat daerah lain, maka sudah semestinya kita memperbaiki kondisi yang selama ini kita biarkan terkikis oleh bawaan kondisi yang berkembang selama ini, terutama persoalan jilbab, menurutnya dengan memakai jilbab kita dapat mengidentifikasikan wanita mana yang beragama Islam dan non Islam, sebab daerah kita merupakan daerah terbuka bagi siapa saja maka sudah barang tentu agamanya juga sangat berbeda-beda, dan pemakaian jilbab pun tidak harus di paksakan pada mereka yang non Islam. Tetapi bagi umat Islam yang hadir di Aceh apalagi penduduk Aslinya harus wajib memakai jilbab, tidak ada alasan untuk mengelak, sebab agama kita menganjurkan untuk itu, qanun juga berbicara masalah itu dan hukum masyarakat yang tidak tertulis dan berlaku sebagai budaya juga membahas tentang jilbab. Artinya memakai jilbab bukanlah kampungan tapi menutup penutup aurat bagi muslimah di nanggroe ini” , demikian Ulfa

Rahmad Sanjaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar