Sabtu, 02 Oktober 2010

Jambo Kupi Apa Kaoy untuk Kesenian

Hancurnya tempat-tempat kesenian seperti Taman Budaya, Gedung Sosial dan Taman Ratu Syafiatuddin menjadikan tempat kumpul seniman tidak lagi tersentralistik. Kondisi ini semakin mempersulit komunikasi antar seniman dalam menjalankan profesinya sebagai seniman. Penghancuran tempat-tempat berkesenian agaknya terus saja dilakukan pihak-pihak terkait dalam hal ini pemda, Taman Budaya misalnya, tempat ini merupakan central seniman yang setiap hari di jadikan pakalan bagi seniman Banda Aceh untuk berkumpul, bertukar pandangan, bagi job hingga menebar pesona dan isyu, tempat yang sudah di renovasi BRR di tahun 2007 ini sama sekali tidak terpakai dengan baik, padahal Taman Budaya merupakan Laboraturium kesenian seperti layaknya daerah-daerah lain di Indonesia yang memiliki Taman Budaya. Namun Pemda Aceh dan dinas terkaitnya seperti enggan memanfaatkan sarana ini dengan sebaik mungkin.

Dengan di tinggalkannya Taman Budaya oleh para seniman, seniman jadi tidak lagi dapat bertemu seperti dulu, sehingga proses berkarya juga semakin minim. Katakanlah saat ini teknologi mendukung para seniman untuk berinteraksi seperti HP dan Internet baik melalui email maupun facebook, namun semua itu tidaklah cukup, karena dunia seniman di Aceh adalah dunia interaksi fisik bukan interaksi maya.

Di tengah kekisruhan tempat berkumpul, MY. Bombang yang di kenal sebagai pe- HIM Aceh menawarkan solusi untuk tempat berinteraksi secara fisik , siapa saja boleh ketempat ini tidak terkecuali seniman. Jambo Kupi Apa Kaoy sejauh ini efektif menjadi basecampnya seniman bukan hanya seniman ternyata yang berkumpul di sini, JaKAP juga tempat berkumpulnya para mahasiswa dan intelektual muda.

Untuk menu andalan JaKAK menawarkan Kanji Rumbi sejenis bubur khas Aceh, Mie dengan berbagai rasa, Kopi Gayo dan Kopi Ulee Kareng, semua ini di sajikan setiap hari, bahkan JaKAP juga menyediakan tempat diskusi dan latihan seni bagi para seniman. Harga makanan dan minuman di patok dengan harga berpariasi, Apa Kaoy mengatakan di dalam segelas kopi yang di sajikan ada dana untuk kesenian lima ratus rupiah dan para penikmat kopi yang hadir di JaKAK gratis menikmati dunia maya jika membawa laptop. Penawaran ini semata-mata hanya untuk memanjakan pelanggan untuk berekses ria di dunia maya.

JaKAK yang didirikan atas prakarsa Apa Kaoy ini belum sepenuhnya selesai, di beberapa bagian Jambo masih belum terbangun dengan semestinya, Apa Kaoy mengatakan mereka sangat terbatas dana, sehingga pembangunan jambo mau tak mau harus di lakukan secara perlahan-lahan.

Rahmad Sanjaya

2 komentar: